Peternakan diharapkan kian berkembang jika ditangani orang-orang yang kompeten di bidang yang sama
Serahkan urusan pada ahlinya, begitulah idealnya. Maka demi mengurusi peternakan, beberapa orang dengan latar belakang sektor tersebut maju dalam pemilihan calon legislatif 2009 di daerahnya masing-masing. Harapannya, peternakan akan kian berkembang jika ditangani oleh orang-orang yang kompeten di bidang yang sama.
“Saya ingin memperjuangkan pembuatan UU yang mengatur pembentukan area khusus untuk peternakan dari hulu sampai hilir di setiap daerah sehingga peternakan tidak terus menerus digusur,” kata Ir. Bambang Prakoso mengemukakan alasannya maju dalam pemilu 2009.
Ditemui di Bintaro Jaya, Tangerang medio Maret lalu, calon legislatif (caleg) pusat dari partai Partai Demokrat nomor 1 dari daerah pemilihan (dapil) Tangerang ini setengah jengkel mengatakan, sampai sekarang belum ada area khusus untuk peternakan. Sektor ini pun kerap kali harus rela digusur demi kepentingan sektor lain seperti pemukiman misalnya. “Karena itu saya maju jadi caleg,” kata Bambang yang alumni Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dari dapil Bali, Ketut Sastra, caleg Partai Hanura nomor 1 menyatakan argumen pencalonannya. “Peternakan merupakan hidup saya. Dengan maju dalam pencalonan ini, saya berharap peternakan nasional dapat mandiri. Tidak perlu banyak impor seperti sekarang,” kata Ketut yang merupakan Dewan Pembina ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia).
Sementara Hayat Taufik Junaidi, caleg DPRD Sleman, Jogjakarta dari Partai Demokrat, dapil Ngaglik, Sleman, Tempel dengan nomor urut 7 menyebutkan tekadnya untuk membela kepentingan peternakan. Dokter hewan yang juga aktif di Apayo—asosiasi peternak ayam setempat—melihat, saat ini belum ada kebijakan yang melindungi usaha peternakan (sistem perizinan baku) dan tak ada penetapan kawasan khusus usaha ternak. Selain itu juga tak ada kebijakan pendukung peningkatan kualitas produksi dan distribusi daging serta tidak ada peningkatan anggaran yang menunjang pembangunan peternakan.
Sedangkan caleg untuk DPR RI dari Partai Bulan Bintang (PBB) nomor urut 1, dapil Jabar 3, Bogor dan Cianjur, Eddy Wahyudin, mengatakan, “Saya melihat ada penurunan dukungan terhadap perkembangan usaha peternakan di Indonesia. Saya mencalonkan diri sebagai caleg dengan harapan bisa mendorong rampungnya UU peternakan ini.”
Menurut Eddy yang seorang praktisi perunggasan nasional, prospek usaha peternakan sangat baik. Sayangnya, sektor ini masih dianggap sebagai usaha sampingan oleh masyarakat. “Masalahnya karena belum adanya kepastian harga pasar dan biaya produksi yang tinggi. Padahal jika ada dukungan penuh dari pemerintah, saya yakin usaha peternakan bisa menjadi mata pencaharian utama,” ujarnya.
Selain itu juga ada caleg DPRD Kota Bogor dari PBB dengan nomor urut 1 untuk dapil Bogor Barat, Nano Supriyatno. Menurut dia, peternakan selama ini masih dianaktirikan meskipun terbukti memberikan kontribusi secara nasional. “Peternak tidak pernah bisa mengadukan kendalanya. Keluhan dari 10 juta peternak di Indonesia tidak pernah didengar,” kata Nano. Tak heran jika sekarang semua peternak di hampir seluruh Indonesia mulai memberanikan diri untuk maju sebagai caleg. “Kita ingin ada yang mewakili stakeholder peternakan di badan legislatif untuk menyuarakan aspirasi,” ujar pria yang telah berkecimpung di perunggasan selama 18 tahun ini.
Dan Sjamsul Huda, caleg DPRD Propinsi Jawa Timur dari Partai Amanat Nasional (PAN) dengan nomor urut 2 mengatakan, pencalonan dirinya sebagai caleg karena dorongan dari teman-temannya. “Karena masih banyak hal yang belum dilaksanakan dalam hal perbaikan atau melakukan perubahan, khususnya di masyarakat pedesaan,” kata Sjamsul yang merupakan lulusan Fakultas Peternakan UGM.
0 komentar:
Posting Komentar