Telur asin rasa jeruk, strawberi, coklat atau udang. Inovatif, tapi kurang berkembang
Kreasi seorang Rusdi, pengrajin telur asin asal Kelurahan Pasir Gitung, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung, menjadikan panganan yang biasa digunakan sebagai lauk ini bisa dibuat beraneka rasa seperti jeruk, coklat, strawberi, udang, dan lainnya. Sayang, karya ini belum banyak dikenal dan dinikmati orang lantaran kurangnya perhatian pemerintah dan promosi.
Membuat telur asin bukan hal baru bagi Rusdi. Ia telah memulai usahanya sejak tujuh belas tahun lalu. Sementara telur asin aneka rasa baru dimulainya awal 2007. “Idenya dari konsumen, saya hanya mencoba merealisasikan,” tutur Rusdi setengah merendah. Untuk sampai berhasil mampu membuat telur asin aneka rasa, tak kurang Rusdi melakukan ujicoba berulangkali dan sebelumnya didahaului “riset” kepada sesama pengrajin telur asin untuk meyakinkan ide tersebut memungkinkan diwujudkan.
Tetapi, menurut keterangannya, telur asin aneka rasa tidak tahan lama seperti telur asin biasa. Telur asin biasa mampu tahan sampai dua minggu, jenis aneka rasa hanya bertahan satu minggu. Karena itu, Rusdi membatasi produksi telur asin aneka rasa. “Apabila ada pesanan, baru dibuat sejumlah pesanan,” akunya. Dari seribu butir telur asin yang dibuatnya, hanya sepuluh persen yang beraneka rasa. Saat ini telur asin aneka rasa buatan Rusdi baru dipasarkan di sekitar Kota Bandar Lampung dan dipromosikan terbatas dari mulut ke mulut.
Tak Ada Modal
Kerjasama pun telah dilakukan pihaknya dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (KSM) Pasir Gintung. Antara lain memberikan pelatihan bagi masyarakat sekitar Rusdi tinggal. Targetnya, semakin banyak telur asin aneka rasa yang diproduksi, dan makin tersebar di warung-warung. Ia memimpikan, kelak telur asin menjadi makanan camilan bukan sebatas menjadi lauk seperti selama ini.
Tetapi sejauh ini hasilnya belum menggembirakan, lantaran masyarakat kesulitan modal. “Beberapa antusias memulai usaha, tapi tak ada modal,” ujar Rusdi getir. Bantuan dari pemerintah tidak kunjung datang, atau kalau pun ada, dinilai Rusdi tak tepat sasaran. Ia menunjuk, Pemerintah Kota Bandar Lampung sebelumnya pernah memberikan bantuan bergulir. Celakanya, masyarakat yang pernah mengikuti pelatihan justru tidak mendapat kucuran dana. Padahal, Rusdi dan kawan-kawan telah membentuk sebuah wadah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang diberi nama KSM Aneka Rasa.
Bisa jadi karena itu pula masyarakat jadi kurang antusias mengembangkan telur asin aneka rasa. Tak ayal, KSM tersebut ibarat hidup segan mati pun enggan. Wadah dan pengurusnya ada, kegiatan tiada.
TROBOS
Blogger Templates Gallery
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar