Blogger Templates Gallery

Pada 2030 penduduk dunia 6 miliar, “Mau dikasih makan apa?”

Lepas dari berbagai kekurangannya, hajatan Direktorat Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan bertajuk Indonesian Aquaculture 2008 seminar, pameran dan temu bisnis telah rampung diselenggarakan. Selama 4 hari, sebagai lokasi acara, hotel Inna Garuda di kawasan Malioboro Jogjakarta dijejali para pemangku kepentingan perikanan. Bahkan kapasitas hotel itu tak cukup menampung banyaknya peserta hingga beberapa hotel lainnya di seputar kawasan itu pun banyak dipesan.

Rangkaian acara yang sejatinya jauh hari disebut berlangsung sejak Senin 17 November itu, akhirnya dibuka secara resmi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi Selasa sore 18 November. Dalam pidato pembukaannya, Freddy menegaskan arti penting pemenuhan pangan bagi warga dunia, dan perikanan budidaya termasuk yang memiliki peran dan tugas dalam pemenuhan tersebut. “Pada 2030 nanti diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 300 juta, sementara dunia 6 miliar. Pertanyaannya, mau dikasih makan apa orang sebanyak itu?” tanya Freddy retorik. Perhatian Freddy ini tak lepas dari program yang tengah digalakkan ibu negara Any Yudhoyono “Tanam dan Pelihara” yang bertujuan menjaga ketahanan pangan masyarakat. Melalui program itu diharapkan masyarakat akan mampu memenuhi kebutuhan pangannya dari hasil menanam dan memelihara di areal lahannya. “Untuk perikanan, kita tambahkan menjadi tanam, tebar dan pelihara,” imbuh Freddy.

Dan pemenuhan kebutuhan produk perikanan ini, ke depan lebih bertitik berat pada perikanan budidaya. “Perikanan tangkap tak lagi diandalkan. Selain biaya operasional yang makin tinggi karena solar mahal, juga persediaan ikan di perairan lepas makin menipis. Ditambah lagi iklim tidak cukup bersahabat untuk pelayaran akibat cuaca ekstrim sebagai dampak pemanasan global,” panjang lebar Freddy menjelaskan.

Sementara Gubernur DIY Sri Sultan HB X, dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Gubernur Sri Pakualam IX, menegaskan kembali harapannya DIY menjadi produsen lele. Setidaknya, secara mandiri mampu mencukupi kebutuhan pasokan warung-warung pecel lele yang betebaran di sepanjang sudut kota pelajar ini. “Kami mendorong sektor budidaya untuk bagaimana caranya mampu menggenjot produksi sehingga permintaan lele yang demikian tinggi bisa dipasok secara mandiri oleh pembudidaya Jogja.”

Sejalan dengan obsesi tersebut, kini Gunung Kidul, salah satu kabupaten di DIY telah dikategorikan sebagai sentra lele dengan metode “terpal”-nya. Meskipun produksinya belum mampu mengimbangi besarnya permintaan DIY, budidaya lele ala Gunung Kidul ini telah andil dalam menyumbang angka produksi serta meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Atas tekad dan prestasinya tersebut, Bupati Gunung Kidul pada hari itu, bersama beberapa nama lainnya mendapatkan penghargaan dari Menteri KP. “Daerah kritis air, tapi mampu berprestasi di sektor perikanan, ini luar biasa. Sudah sepantasnya mendapat apresiasi dari pemerintah pusat,” komentar Made L Nurdjana, Dirjen Budidaya, secara khusus kepada TROBOS.

Keberhasilan ini sejalan pula dengan kebijakan pemerintahan “SBY” yang mendengungkan kegiatan usaha bersifat “pro job, pro poor and pro growth”. “Khusus DKP ditambahkan ‘pro plan’,” ujar Numberi. Maksud dia, kegiatan tersebut harus memiliki aspek perbaikan lingkungan. “Mari kita jadikan bumi lebih baik, dan itu diawali dari Indonesia,” ujarnya bersemangat.
Menurut keterangan Lenny Syafei, Ketua Panitia, prestasi Gunung Kidul ini menjadi salah satu alasan dipilihnya Jogjakarta sebagai tempat penyelenggaraan Indonesian Aquaculture 2008, atau yang sering disebut dengan IndoAqua’08.

Dalam kesempatan itu juga dilakukan pengukuhan pengurus baru SCI (Shrimp Club Indonesia), sebuah asosiasi petambak udang, dengan ketua yang terpilih kembali, Iwan Sutanto. Diakhiri pemberian penghargaan kepada beberapa pihak dan penyerahan sertifikat penyelenggaraan usaha sesuai standar.

TROBOS

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2008 - TDA Semarang - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Adiestudio - Dilectio Blogger Template | Gallery