Para santri di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur berhasil membuat prototipe mesin perahu motor tempel bertenaga listrik. Mesin ini mampu menghemat biaya melaut. Sayang, pengembangannya masih terhambat pengurusan hak paten Bermula dari keprihatinan atas harga bahan bakar minyak (BBM) terutama solar yang melonjak tajam, sejumlah santri di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur berhasil membuat mesin perahu motor tempel bertenaga listrik. Dengan menggunakan mesin bertenaga listrik ini nelayan tidak perlu lagi membeli BBM. Listrik Sumber Tenaga Mampu Terjang Ombak
Mereka cukup mengisi atau charge listrik ke baterai besar atau aki sebagai sumber tenaga penggerak mesin. Ditanggung, biaya untuk mengisi aki jauh lebih murah dibandingkan membeli BBM.
Ketua Robitoh Maahid Islamiah (RMI) atau Asosiasi Pesantren se-Indonesia, KH Mahmud Alizain memberikan gambaran, jika rata-rata dalam sehari seorang nelayan untuk melaut membutuhkan biaya sampai Rp 60.000 untuk membeli solar maka dengan menggunakan mesin ini hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 3.000. Keunggulan lainnya, ujar Mahmud, mesin ini punya kekuatan pendorong yang hampir sama dengan mesin berbahan bakar solar. Selain itu, mesin ini juga tidak menimbulkan polusi.
Suji Kushadi santri yang ikut mengembangkan mesin ini, menambahkan, selain hemat dalam pemakaian bahan bakar, mesin ini juga praktis karena tidak perlu menggunakan oli mesin. “Cukup pakai pelumas roda gigi mesin,” ungkapnya.
Konsep kerja alat ini menurut Suji cukup sederhana. Listrik sebagai sumber tenaga penggerak mesin ditampung dalam aki yang diisi atau di-charge menggunakan adaptor. Kapasitas listriknya sesuai dengan kekuatan aki tersebut. Daya aki yang dipakai sebesar 2.700 watt dan bisa bertahan selama 5-7 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi aki itu sekitar 10 jam.
Cara kerjanya juga mudah, hampir sama dengan motor tempel pada umumnya. Saat listrik dari aki itu dinyalakan, akan menggerakkan roda gigi yang ada dalam mesin motor tempel itu. Roda-roda gigi yang berputar itu ikut memutar propeler atau baling-baling yang disambungkan melalui pipa panjang.
Mesin motor tempel ini bisa mendorong perahu nelayan hingga mencapai kecepatan 20 knot. Perputaran propeler atau baling-baling memiliki dua tingkatan kecepatan. Jika dipasang pada kecepatan rendah, energinya bisa bertahan lebih lama. Begitu juga sebaliknya.
Tak jadi soal dengan daerah tangkapan nelayan yang jauh. Hal itu bisa disiasati dengan membawa beberapa aki cadangan yang disiapkan sebelum melaut. Bisa juga dibuatkan semacam depo atau stasiun pengisian aki di tengah laut nantinya.
Suji menyebutkan, saat ini pihaknya juga sudah mulai membuat modifikasi sistem pengisian aki dengan menggunakan siklun (baling-baling angin) yang diposisikan secara horisontal. Dengan memanfaatkan kekuatan angin saat perahu tengah berjalan, siklin akan menghasilkan listrik yang disambungkan ke aki. “Untuk saat ini sistem pengisian aki ini hanya bisa diterapkan pada perahu ukuran yang agak besar,” kata Suji kepada TROBOS.
Kemampuan mesin ini sudah pernah dicoba di beberapa daerah sentra nelayan seperti Lamongan, Pasuruan, dan Situbondo. Suji mengaku saat dicoba pada perairan yang berombak tinggi sampai 2 meter, mesin ini mampu menerjang ombak itu.
Namun pada beberapa percobaan, mesinnya pernah mengalami kebakaran. Penyebabnya, kemungkinan terjadi arus pendek (konslet) dan mutu bahan yang digunakan masih belum terlalu bagus.
Blogger Templates Gallery
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
cerdas...
Posting Komentar